Sabtu, 28 Juni 2008

...

Bersama ht, di sudut kantor trans tv biro makassar, menunggu liputan malam. Suara aparat kepolisian terus melaporkan perkembangan kejadian di seputar kota. Sudah sepekan BKO di makassar, tidak ada liputan menonjol.

Sabtu siang, saya sempatkan liputan feature demo pembuatan 'wagashi' kue tradisional jepang di hotel Imperial Arya Duta, banyak pengunjung yang datang menyaksikan pembuatan kue ala jepang. Tapi, yang membuat kita malu setelah kegiatan berlangsung, tiba-tiba ada alat pembuatan kue hilang. Ternyata ada pengunjung yang 'rasa memilikinya sangat tinggi'. Malu kedapatan!

esok minggu pagi, rencana liputan wisata di anjungan losari. sambil menikmati keindahan pantai losari... tetap indah sepanjang masa!

pesan suci tana toa

Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke Tana toa Kajang, Bulukumba. Tidak lain untuk memenuhi tugas liputan budaya dan tradisi dari Kajang untuk segmen Tanah Airku di Trans tv. Ada yang menarik dari saya, sebuah pesan-pesan suci yang membuat saya takjub.

Pesan-pesan Suci itu bunyinya ini:
Naparanakkang juku
Napaloliko raung kuju
Nahambangiko allo
Nabatuiko ere bosi
Napalolo rang ere tua
Nakajariangko tinanang

Pesan-pesan itu memiliki arti:
Ikan bersibak
Pohon-pohon bersemi
Matahari bersinar
Hujan turun
Air tuak menetes
Segala tanaman menjadi

Apa yang berbunyi seperti sajak diatas itu, memang merupakan bagian dari "Pasanga ri Kajang", yaitu pesan-pesan suci yang dipercaya masyarakat adat Tanah Toa Kajang, dan diyakini berasal dari To Rie Akra Na (Pencipta Segala Sesuatu, Yang Maha Kekal dan Maha Mengetahui), yang diturunkan kepada manusia pertama yang disebut Ammatoa. Masyarakat adat yang tinggal di Desa Tanah Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Menemukan kekuatan kata pada Pesan-pesan Suci yang arif dari Tana Toa, mengingatkan saya pada kearifan masyarakat adat dimana-mana di bagian bumi Indonesia ini. Masyarakat yang memiliki pesan-pesan suci untuk berbaur dengan alam dan menghargai alam. Masyarakat adat yang di banyak bagian negara ini sering terjepit dan menjadi anak tiri pertiwi. Inilah potret masyarakat kita, yang tentunya harus dihargai, bukan untuk dirusak..

tetesan air

Suara tetesan air. Saya teringat desaku, dibelakang rumah tempat tinggal keluarga terdapat sungai, hampir setiap hari kami mendengarkan suara tetesan air. Suara air sebagai pengatar di waktu bangun pagi, dan di waktu mau tidur.

Itulah kehidupan keluarga yang tinggal di tepi sungai. Semoga tetesan air itu tidak berubah sampai hari ini, sehingga anak cucu tetap menikmati tetesan air itu..!! Ibu apa kabar suara tetesan air itu, maafkan anakmu belum bisa mampir di tepi sungai menikmati tetesan air itu...!!!